Sebuah jet tempur F-22 Raptor AS menembak jatuh benda silinder tak dikenal di atas Kanada pada Sabtu (11/2). Ini adalah kedua kalinya AS menembak jatuh objek mengambang setelah balon mata-mata China pekan lalu.
Militer AS juga mengerahkan jet tempur ke Negara Bagian Montana untuk menyelidiki anomali radar. “Pesawat tidak mengidentifikasi objek yang terkait dengan serangan radar,” kata Komando Pertahanan Ruang Angkasa Amerika Utara (NORAD) dalam sebuah pernyataan, Minggu (12/2) dikutip Reuters.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menjelaskan bahwa objek yang ditembak jatuh F-22 berada di wilayah Yukon utara. Saat ini militer Kanada akan menganalisis puing-puing objek tersebut.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Kanada, Anita Anand, menolak berspekulasi mengenai objek tersebut. Anand mengatakan, ukuran benda itu lebih kecil dari balon China yang ditembak jatuh pekan lalu meski terlihat mirip.
“Tidak ada alasan untuk percaya bahwa dampak benda ini akan menjadi perhatian publik,” kata Anand.
Jet tempur AS memantau objek tersebut saat melintasi wilayah udara Kanada. Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden memberi wewenang kepada militer untuk bekerja sama dengan Kanada untuk menjatuhkan benda tak dikenal di ketinggian.
“F-22 ditembak jatuh menggunakan rudal AIM 9X setelah koordinasi erat dengan otoritas AS dan Kanada,” kata juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder.
Pentagon memberikan sedikit detail tentang objek tersebut, seperti ukuran mobil kecil, terbang di ketinggian 40.000 kaki, tidak dapat bergerak, dan tampaknya tidak berawak. AS juga telah mempelajari objek tersebut sejak pertama kali terlihat pada Kamis (9/2).
“Kami tidak memiliki deskripsi lebih lanjut tentang objek tersebut termasuk kemampuan, tujuan, dan asalnya,” kata pihak berwenang AS.
AS sebelumnya menuduh China memata-matai wilayah AS pekan lalu. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut balon pengawasan China atas Amerika sebagai pelanggaran kedaulatan nasional yang tidak dapat diterima.
Blinken pun memutuskan untuk menunda kunjungannya ke Beijing yang semula dijadwalkan pada Minggu (5/2). “Insiden balon merusak tujuan kunjungan ini,” katanya, Sabtu (4/2).
China telah mengancam akan membalas terhadap AS karena menembak jatuh balon tersebut. Mereka membela diri dengan mengatakan bahwa balon tersebut diterbangkan untuk keperluan survei meteorologi.
“AS menggunakan kekuatan untuk menyerang drone sipil kami, yang jelas merupakan reaksi berlebihan,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan China Tan Kefei.