Zimbabwe dilaporkan telah memperpanjang larangan ekspor mineral mentah, menambahkan bijih nikel dan mangan ke dalam daftar komoditas yang tidak dapat diekspor mentah tanpa persetujuan kementerian terkait.
Sebelumnya, pada Desember 2022, pemerintah Zimbabwe melarang ekspor bijih litium mentah untuk meminimalkan potensi ekonomi dari pertambangan artisanal dan mendorong investasi di fasilitas produksi yang disetujui pemerintah.
“Tidak ada bijih yang mengandung litium, atau litium yang tidak terpakai, yang boleh diekspor dari Zimbabwe ke negara lain kecuali dengan izin tertulis dari menteri,” kata Menteri Pertambangan Zimbabwe Winston Chitando.
Larangan itu diperluas ke Perintah Pengendalian Ekspor Mineral Dasar, menambahkan mineral penting seperti bijih nikel dan mangan ke dalam daftar zat yang dikenai pembatasan ekspor.
Zimbabwe adalah negara terbaru yang mengikuti tren nasionalisme sumber daya, di mana negara-negara melindungi sumber daya mineralnya dari eksploitasi asing, sementara pemerintah berupaya mengeksploitasi kekayaan mineral negara tersebut.
Banyak negara berebut mineral utama, terutama litium, nikel, tembaga, kobalt, grafit, dan mangan, karena permintaan akan mineral ini akan meningkat.
Larangan ekspor ini tidak berlaku bagi perusahaan yang memiliki atau sedang membangun pabrik pengolahan. Dengan “memaksa” perusahaan pengolah mineral lokal, pemerintah Zimbabwe berharap dapat menumbuhkan industri sumber dayanya dan pada akhirnya melihat perkembangan baterai litium di dalam negeri.
Kementerian Pertambangan Zimbabwe berharap dengan mempertahankan bagian dari rantai pasokan domestik, negara akan memperoleh lebih banyak pendapatan dari ekstraksi mineralnya.
Menurut International Energy Agency (IEA), permintaan lithium bisa meningkat lebih dari 40 kali lipat pada tahun 2040. Sedangkan permintaan grafit, kobalt, dan nikel bisa meningkat 20-25 kali lipat. Karena permintaan yang tinggi dan tekanan pada rantai pasokan, harga telah melonjak sejak 2021.
Zimbabwe adalah negara penghasil mineral terbesar keenam di dunia. Cadangan litium, misalnya, mencapai 220.000 ton cadangan yang teridentifikasi sejauh ini. Jumlah tersebut menjadikan Zimbabwe sebagai negara dengan cadangan litium terbesar di Afrika.
Menurut data dari World Integrated Trade Solutions, Zimbabwe juga merupakan salah satu pengekspor bijih nikel terbesar, dengan Afrika Selatan dan Mozambik sebagai importir utamanya.
Langkah yang diambil Zimbabwe ini mengikuti kebijakan yang telah diterapkan Indonesia sebelumnya, yang pada 2019 mengumumkan pelarangan ekspor nikel mentah pada 2022. Namun pelarangan ini menghadapi tantangan, seputar legitimasi pelarangan besar-besaran di mata masyarakat. Komunitas internasional.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengatakan pada November 2022 bahwa larangan ekspor Indonesia tidak mengikuti aturan perdagangan internasional setelah ada keluhan dari UE dan AS.
Uni Eropa berpendapat bahwa langkah-langkah ini tidak sesuai dengan Pasal XI:1 Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan (GATT) 1994.