Hilirisasi nikel diharapkan dapat membantu meningkatkan nilai ekspor Indonesia di masa mendatang. Selain itu, peningkatan ekspor produk berbasis nikel diyakini akan membantu menjaga rupiah yang akan berimplikasi positif pada stabilitas perekonomian domestik.
Managing Partner Verdhana Sekuritas Heriyanto Irawan mengatakan, rupiah merupakan satu-satunya saluran transmisi gejolak global ke perekonomian domestik. Saat dunia sedang bergolak, biasanya Indonesia juga terkena imbasnya yang ditandai dengan anjloknya nilai rupiah. Untuk itu, Heri berpendapat, untuk meredam dampak eksternal tersebut, stabilitas rupiah perlu dijaga.
Lebih lanjut Heri mengatakan, nasib rupiah sangat ditentukan oleh neraca transaksi berjalan. Ini adalah neraca yang memuat kinerja ekspor-impor. Semakin besar ekspor sehingga surplus neraca perdagangan tinggi, maka membantu neraca transaksi berjalan bergerak ke sumbu positif atau surplus.
Surplus neraca transaksi berjalan akan membantu menjaga rupiah agar tidak kolaps saat modal asing ramai keluar dari Indonesia. Dengan begitu, ketika ada tanda-tanda pelemahan ekonomi global, ekonomi domestik tidak akan terlalu terpengaruh.
“Tanpa surplus transaksi berjalan kita terjebak risiko karena kita terjebak ketergantungan aliran masuk modal asing. Ini pelajaran saya di pasar,” kata Heri dalam diskusi di Dialog Arifin Panigoro (AP) di Jakarta, Rabu (8). /3).
Menurut Heri, korelasi perekonomian domestik dengan aliran modal asing terlihat dari kinerja rupiah belakangan ini. Ketidakpastian di pasar keuangan global telah mendorong orang asing untuk mengembalikan modal mereka ke aset yang aman dalam dolar AS. Namun, penurunan nilai rupiah, kata Heri, tidak seburuk sebelumnya. Hal ini sejalan dengan surplus transaksi berjalan yang membaik. Surplus tahun lalu mencapai US$ 13,2 miliar atau 1% dari PDB, naik dari US$ 3,5 miliar tahun sebelumnya.
Besarnya surplus neraca transaksi berjalan disebabkan booming ekspor tahun lalu. Namun, Heri melihat kinerja tersebut tidak semata-mata karena kontribusi dua komoditas utama Indonesia, yakni batu bara dan minyak sawit yang harganya meroket. Menurutnya, transformasi hilirisasi yang salah satunya nikel juga menguntungkan nilai ekspor.
Ia yakin hilirisasi yang sedang didorong oleh pemerintah akan memberikan kontribusi nilai ekspor yang lebih besar ke depan. Dia memperkirakan ekspor produk hilir nikel akan mencapai US$ 81 miliar pada 2030, meningkat berkali-kali lipat dibanding beberapa tahun sebelumnya.
Namun, Heri mengatakan penting bagi pemerintah untuk mendorong hilirisasi komoditas lain. Seperti diketahui, pemerintahan Jokowi mendorong hilirisasi beberapa komoditas mineral di antaranya bauksit hingga tembaga.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor komoditas nikel dan barang darinya akan meningkat empat kali lipat pada 2022. Peningkatan tersebut tidak hanya dari sisi volume tetapi juga dari sisi nilai ekspor.
Total ekspor nikel dan barang darinya, kode HS75, akan meningkat 367% selama 2022 atau mencapai 778,4 ribu ton. Pencapaian ini merupakan rekor tertinggi dalam kurun waktu sedikitnya 13 tahun. Sementara itu, peningkatan signifikan terjadi sejak pemerintah memberlakukan larangan ekspor bijih nikel untuk mendukung hilirisasi.
Data BPS juga menunjukkan adanya peningkatan volume ekspor yang diikuti dengan peningkatan nilai ekspor. Sepanjang 2022, BPS mencatat nilai ekspor nikel dan barang darinya sebesar US$ 5,97 miliar, meningkat lebih dari empat kali lipat dibanding tahun sebelumnya.