liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Direktur Jenderal WHO: Menemukan Asal Usul Covid-19 jadi Keharusan

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menegaskan komitmen lembaganya untuk terus bekerja mencari asal muasal COVID-19 yang melanda dunia dengan mewabah dalam tiga tahun terakhir.

Menurutnya, komitmen untuk menemukan asal usul penyakit merupakan kebutuhan ilmiah untuk membantu mencegah wabah di masa depan, sekaligus kewajiban moral, bagi jutaan orang yang meninggal dunia dan mereka yang kini hidup dengan gejala COVID-19 jangka panjang. .

Melalui akun Twitter pribadinya, Tedros menyebut penjajakan semua hipotesis harus dilakukan. Tweet ini juga menandai tiga tahun perjalanan epidemi, setelah pertama kali terungkap di Wuhan, China.

“Lebih dari 3 tahun dalam keadaan darurat #COVID19, terlalu banyak nyawa yang hilang. Terlalu banyak orang yang masih menderita,” tulisnya pada Minggu (12/3).

Tedros juga meyakinkan pihaknya tidak akan berhenti menuntut akses yang adil terhadap alat-alat yang bisa menyelamatkan nyawa.

Memahami asal-usul #COVID19 dan mengeksplorasi semua hipotesis yang tersisa:
-kebutuhan ilmiah, untuk membantu kita mencegah wabah di masa depan
-keharusan moral, demi jutaan orang yang meninggal dan mereka yang hidup dengan #LongCovid

— Tedros Adhanom Ghebreyesus (@DrTedros) 11 Maret 2023

Dalam tweet ini, Tedros juga mengenang minggu pertama COVID-19, membawa dua momen penting dalam perjalanan WHO selama epidemi.

“30 Jan 2020: @WHO membunyikan alarm tertinggi, 11 Maret 2020: kami menganggap wabah ini sebagai pandemi,” tulis Tedros.

Mengutip laporan Reuters, para aktivis, politisi, dan akademisi melalui surat terbuka yang disampaikan akhir pekan ini, menyatakan bahwa fokus peringatan pandemi harus ditujukan untuk mencegah terulangnya distribusi vaksin COVID-19 yang tidak merata. Mereka mengatakan ini menyebabkan setidaknya 1,3 juta kematian yang dapat dicegah.

Pada tahun 2021, tim yang dipimpin WHO memasuki Wuhan, untuk melakukan penelitian di mana kasus pertama pada manusia dilaporkan. Laporan bersama tersebut menyatakan bahwa virus tersebut mungkin telah berpindah dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikannya.

Sejak saat itu, WHO telah membentuk kelompok penasehat ilmiah tentang patogen berbahaya, namun belum mencapai kesimpulan tentang bagaimana wabah tersebut bermula.

Berdasarkan data WHO, hingga Selasa (7/3) lalu, jumlah kasus terkonfirmasi mencapai 759 juta. Dari jumlah tersebut, hampir 7 juta orang meninggal. Sedangkan jumlah vaksin yang didistribusikan telah mencapai 13 miliar dosis.

Di Indonesia, hingga kemarin (12/3), Gugus Tugas COVID-19 mencatat total 6,7 juta kasus terkonfirmasi, 6,5 juta di antaranya telah sembuh. Sementara 160 ribu orang meninggal akibat penyakit ini.

Mengenai serapan vaksin, sebanyak 212 juta orang telah menerima dosis pertama vaksin, 175 juta orang telah menerima dosis kedua, dan 68,6 juta orang telah menerima dosis ketiga atau booster.