Pemerintah China mengutuk pelaksanaan tes Covid-19 di beberapa negara di dunia terhadap turis asal China. Ini terjadi setelah negara mengalami ledakan Covid-19.
“Beberapa negara telah memberlakukan pembatasan masuk yang hanya menargetkan wisatawan China. Ini tidak memiliki dasar ilmiah dan beberapa praktik tidak dapat diterima,” kata Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri China.
China dapat “mengambil tindakan balasan, sesuai dengan prinsip timbal balik,” dia memperingatkan.
Pada 7 Desember, China tiba-tiba mencabut pembatasan Covid-19. Keputusan tersebut menyebabkan lonjakan pasien di rumah sakit dan korban covid di krematorium.
Pemerintah China juga tidak lagi mengkarantina orang yang datang dari luar negeri, tetapi akan terus mewajibkan tes PCR negatif bagi para pelancong.
13 Negara Membatasi Wisatawan China
Setidaknya 13 negara memberlakukan pembatasan pada pelancong dari China karena kasus Covid-19 di negara itu melonjak menyusul pelonggaran aturan “nol Covid”.
Ke-13 negara tersebut adalah Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Australia, India, Kanada, Jepang, Italia, Spanyol, Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, dan Maroko.
Salah satu alasan pembatasan ini adalah karena data Covid-19 di China dianggap tidak dapat diandalkan. Komisi Kesehatan Nasional China telah berhenti menerbitkan statistik tentang infeksi dan kematian akibat Covid-19 yang sebelumnya diterbitkan setiap hari.
Tanggung jawab itu telah dialihkan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China, yang hanya akan merilis angka sebulan sekali setelah negara itu menurunkan protokol manajemen penyakitnya pada 8 Januari.
Negeri tirai bambu itu hanya melaporkan 15 kematian akibat Covid-19 sejak mulai melonggarkan pembatasan pada 7 Desember 2022. Negara itu pun mempersempit kriteria pencatatan kematian akibat virus tersebut.
Hal ini memicu kekhawatiran bahwa gelombang infeksi tidak tercermin secara akurat dalam statistik resmi.
Pihak berwenang mengakui minggu lalu bahwa skala data yang dikumpulkan “jauh lebih kecil” daripada saat tes PCR massal diamanatkan.
Pejabat CDC Yin Wenwu mengatakan pihak berwenang saat ini sedang mengumpulkan data dari survei rumah sakit, pemerintah daerah, jumlah panggilan darurat dan penjualan obat demam.
Sementara itu, rumah sakit dan krematorium di China berjuang dengan masuknya pasien dan jenazah. Ini dilaporkan melanda daerah pedesaan di mana saran kesehatan lebih terbatas.
Berdasarkan data yang tercatat Worldometer, kasus aktif Covid-19 di Asia mencapai 59,1 persen dari total kasus di seluruh negara.
Sedangkan di level teratas dengan kasus aktif tertinggi di Asia adalah Jepang. Negara ini telah mencatat 8,18 juta kasus aktif. Kemudian Korea Selatan yang mencatat kasus aktif sebanyak 1,14 juta orang.